Blogger Widgets

IsdiQLia

Rabu, 17 Desember 2014

EKONOMI REGIONAL



EKONOMI REGIONAL
مجموع الرابع
1.     Sopian ansori
2.     M.sidik
3.     Irawan hadi
4.     Hikmah laela masni
5.     Mutmainnah
6.     Safirda umar

a.      Transportasi
-        Transportasi laut                                                النَقْلُ الْبَحْرِي  
-        Transportasi darat                                     النَقْلُ الْبَرِّي
-        Transportasi udara                                    النَقْلُ الْجَوِي
b.     Infrastruktur
-        Pemadam kebakaran                                لِوَاءُ اْلْمَطَافِئِ  
-        Perkotaan                                                  مَدَنِيٌّ
-        Pedesaan                                                    رِيْفِي
-        Daerah tertinggal                                       المُنَاطِقُ الْمُتَخَلِّفَةُ     
-        Daerah administrative                              مُنْطِقَةٌ إِدَارِيَّةٌ  
c.      Demografi
-        Sensus penduduk                                     تَعْدَادُ السُّكَّانِ
-        Kelas sosial                                               اَلْطَّبْقَةُ الْاِجْتِمَاعِيَّةُ
-        Imigran                                                      المُهَاجِرُ
-        Perkembangan penduduk                        النَمْوُ السَكَانِي
-        Kelas ekonomi                                          السِيَاحِيَّةِ دَرَّجَةُ
-        Stratifikasi sosial                                      الطَبَقَاتُ الْاِجْتِمَاعِيَّةُ   
-        Mobilitas sosial                                        اَلْحَرَاكُ الْاِجْتِمَاعِيُّ
-        Lembaga sosial                                         المُؤَسَّسَّاتُ الْاِجْتِمَاعِيَّةُ
d.     Pemukiman
-        Kultur penduduk                                      سُكَّانُ الثَّقَافَةِ   
-        Keadaan iklim                                           الظُرُوْفُ الْمُنَاخِيَّةُ
-        Pemikiman kumuh                                   العُشْوَائِيَّاتُ
-        Pemukiman bersih                                    التَسْوِيَةُ الصَّافِيَّةُ
-        Ras penduduk                                           مُعَدِّلُ السُّكَّانِ

Minggu, 14 Desember 2014

FILSAFAT BARAT PADA ABAD PERTENGAHAN





FILSAFAT BARAT PADA ABAD PERTENGAHAN


Filsafat yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang , yaitu melahirkan peradaban yunani. Menurut pandangan sejarah filsafat , dikemukakkan  bahwa peradaban yunani merupakan titik tolak peradaban manusia didunia . giliran selanjutnya adalah warisan peradaban yunani jatuh ketangan kekuasaan romawi. Kekuasaan romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan eropa (britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Agustus yang mencipta masa kemasa kesusastraan  latin , kesenian , dan arsiteektur romawi.
Setelah filsafat yunani sampai kedaratan Eropa, disana mendapakan lahan baru dalam pertumbuhannya.
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan”abad gelap. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.  Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasa berfikir.  Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakkannya akan mendapatkan sangsi/Hukuman berat.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad petengahan adalah :
1.      Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja .
2.      Berfilsafat didalam lingkungan ajaran aristoteles;
3.      Berfilsafat dengan pertolongan augustinus dan lain-lain.

Masa Abad pertengahan ini terbagi menjadi dua dua masa
1.      Masa patristik
2.      Masa skolastik

Masa patristik

Istilah patristik besrasal dari kata Latin Pater atau bapak yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas / golongan ahli fikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat yunani.
Bagi mereka yang menerima, alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan , tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat yunani hanya mengambil metodosnya saja (tata cara berfikir) . juga, walaupun filsafat yunani sebagai kebenaran manusia , tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi pemakai/penerima filsafat yunani diperbolehkan selam dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.

Masa Skolastik
            Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dai kata scool,  yang berarti sekolah . jad, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
            Terdapat beberapa pengertian dari corak khas  skolastik sebagai berikut :
a.      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak-corak semata-mata agama . skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad kpertengahan yang religius.
b.      Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan  persoalan-persao’alan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk
c.       Fisafat skolastik adalah suatus sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal .
d.      Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaaran gereja .

Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut :
Faktor religius
Faktor ilmu pengetahuan




Refrense
Tafsir.ahmad,1990, filsafat umum, Bandung : Remaja rosdakarya

PSIKOLOGI SOSIAL



PSIKOLOGI SOSIAL

A.   PENGANTAR
Psikologi sosial merupakan salah satu cabang dari ilmu sosial yang mengkaji tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah kelompok-kelompok organisasi, kepemimpinannya, anggota atau pengikutnya, perilkau moralnya, kekuasaannya, komunikasinya, dan kebudayaannya. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa-mahasiswi diharapkan dapat menjelaskan pengertian, ruang lingkup, dan tujuan psikologi sosial, menjelaskan konsep-konsep dasar psikologi sosial, dan mengimplementasikan konsep dasar psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat.

B.   URAIAN MATERI
1.   Pengertian Psikologi Sosial
Ditinjau dari sudut asal katanya, kata “psychology” dari bahasa Inggris yang berarti ilmu jiwa dan psichologie atau psychology berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu “psyche” dan “logos” yang berarti jiwa dan ilmu. Berdasarkan kedua pengertian itu, maka orang dengan mudah memberikan batasan atau pengertian psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau sering disebut dengan “ilmu jiwa.” (Walgito, 2002: 1).
Pada tahun 1930, di Amerika Serikat telah dikembangkan psikologi yang secara khusus mempelajari hubungan antar manusia. Akhirnya muncullah cabang ilmu baru dari ilmu jiwa ini yang kemudian dikenal dengan istilah psikologi sosial. Masalah-masalah yang menjadi fokus bahasannya adalah kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan kontek sosialnya. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah kelompok-kelompok organisasi, kepemimpinannya, anggota atau pengikutnya, perilkau moralnya, kekuasaannya, komunikasinya, dan kebudayaannya (Ahmadi, 2002).
Berikut ini adalah kutipan beberapa pendapat tokoh tentang pengertian psikologi sosial (Ahmadi, 2002), yaitu :
  1. Kamus Paedagogik menyatakan bahwa : “Psikologi sosial ialah ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala psikis pada massa, bangsa, golongan, masyarakat dan sebagainya. Lawannya : Psikologi individu (orang-orang).”
  2. Hubert Bonner dalam bukunya “Social Psychology“ menyatakan “ Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia. “Definisi ini menunjukkan bahwa Bonner lebih menitikberatkan pada tingkah laku individu, bukan tingkah laku sosial. Tingkah laku inilah yang menjadi pokok atau sasaran utama dalam mempelajari psikologi sosial.
  3. A.M. Chorus dalam bukunya “Gronslagen der sociale Psycologie“ merumuskan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu manusia sebagai anggota suatu masyarakat.” Chorus memberikan definisi tersebut dengan kesadaran bahwa setiap manusia yang normal akan hidup dan berhubungan bersama dengan masyarakat.
  4. Sherif & Sherif dalam bukunya “An Outline of Social Psychology memberikan definisi sebagai berikut : “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam kaitannya dengan situasi-situasi perangsang sosial“. Dalam definisi ini, tingkah laku telah dihubungkan dengan situasi-situasi perangsang sosial.
  5. Roueck and Warren dalam bukunya “Sociology“ memberikan batasan bahwa : “Psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari segisegi psychologis daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.“ Dalam definisi ini telah dinyatakan bahwa interaksi manusia telah nyata pengaruhnya pada tingkah laku manusia.
Pendapat para tokoh tentang pengertian psikologi sosial diatas sangat beragam. Namun demikian tidaklah berarti antara yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan. Perpaduan diantara pendapat tersebut akan dapat saling melengkapi dan menyempurnakan. Rangkuman pengertian dari berbagai pendapat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : “Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.“ Dengan demikian membicarakan psikologi sosial tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan individu yang berhubungan dengan situasi-situasi sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan diantara manusia tersebut ternyata tidak selamanya berjalan lancar. Adakalanya muncul kesalahpahaman, perselisihan, pertengkaran, permusuhan, bahkan peperangan. Lingkup kejadiannya tidak saja terjadi dalam skala yang kecil ditingkat keluarga dan lingkungan kelurahan tetapi juga bisa terjadi dalam skala yang lebih besar ditingkat nasional dan internasional. Dalam kajian psikologi sosial, hal ini terjadi karena tidak adanya kesamaan pandang terhadap suatu pola perilaku pada suatu struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak merespon rangsangan sosial yang diterimanya dari lingkungan sosial, sehingga memunculkan sikap memilih atau menghindari sesuatu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hubungan antar manusia tersebut mendorong para ahli untuk memberikan definisi operasional pada psikologi sosial karena dalam tatanan ilmu pengetahuan masih termasuk dalam ilmu yang baru terbentuk.

2.   Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Psikologi sosial yang menjadi obyek studinya adalah segala gerak-gerik atau tingkah laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok yang dipelajari adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini terjadi karena pengaruh sosial inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah psikologi sosial membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial (Ahmadi, 2005). Obyek pembahasan dari psikologi sosial tidaklah berbeda dengan psikologi secara umumnya. Hal ini bisa dipahami karena psikologi sosial adalah salah satu cabang ilmu dari psikologi. Bila obyek pembahasan psikologi adalah manusia dan kegiatannya, maka psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosialnya. Masalah yang dikupas dalam psikologi umum adalah gejala-gejala jiwa seperti perasaan, kemauan, dan berfikir yang terlepas dari alam sekitar. Sedangkan dalam psikologi sosial masalah yang dikupas adalah manusia sebagai anggota masyarakat, seperti hubungan individu dengan individu yang lain dalam kelompoknya.
Psikologi sosial dalam membicarakan obyek pembahasannya dapat pula bersamaan dengan sosiologi. Masalah-masalah sosial yang dibicarakan dalam sosiologi adalah kelompok-kelompok manusia dalam satu kesatuan seperti macam-macam kelompok, perubahan-perubahannya, dan macammacam kepemimpinannya. Sedangkan dalam psikologi sosial adalah meninjau hubungan individu yang satu dengan yang lainnya seperti bagaimana pengaruh terhadap pimpinan, pengaruh terhadap anggota, pengaruh terhadap kelompok lainnya. Persamaan-persamaan pembahasan sebagaimana penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembahasan psikologi sosial berada pada ruang antara psikologi dan sosiologi. Titik persinggungan inilah yang dalam sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan memunculkan ilmu baru dalam lapangan psikologi, yakni psikologi sosial. Psikologi sosial merupakan bagian dari psikologi yang secara khusus mempelajari tingkah laku manusia atau kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosialnya. (Ahmadi, 2002)

3.   Tujuan Psikologi Sosial
Dalam sub bahasan ini, dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi psikologi sosial. Tujuan kurikuler psikologi sosial yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi lima tujuan berikut :
a.    Membekali peserta didik dengan pengetahuan Psikologi sosial sehingga tidak terpengaruh, tersugesti, atau terpengaruh oleh situasi sosial yang tidak selamanya bernilai baik.
b.   Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara tepat dan sistematis mengenai proses kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan bersama.
c.    Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan pengarahan kepada tujuan dengan sebaik-baiknya.
d.   Membekali peserta didik dengan kesadaran terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.
e.    Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan Psikologi sosial sesuai dengan perkembagan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan perkembangan teknologi.
Kelima tujuan di atas, menjadi tanggung jawab yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum Psikologi sosial di berbagai lembaga pendidikan. Tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.

4.   Konsep Dasar Psikologi Sosial dan Implementasinya dalam Kehidupan Masyarakat
a.    Konsep Dasar Psikologi Sosial
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial, obyek pembahasan psikologi sosial adalah terpusat kepada kehidupan manusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yang tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguasai alam, menaklukkan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakan segala sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya. Hal ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang selalu mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Abu Ahmadi (2002), potensi-potensi yang dimiliki manusia sehingga membedakan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya adalah sebagai berikut :
1)   Kemampuan menggunakan bahasa.
Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa merubah, menambah, dan mengembangkan bahasa yang digunakan. Sedangkan pada binatang memang ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.
2)   Adanya sikap etik.
Dalam setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota-anggotanya baik itu masyarakat modern maupun masyarakat yang masih terbelakang sekalipun norma tersebut merupakan ketentuan apakah sesuatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk. Norma tersebut tidak selalu sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan adat kebiasaan, agama, dan perkembangan kebudayaan umumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat karena adanya sikap etik yang dimiliknya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia berusaha untuk menyempurnakan norma yang telah ada.
3)   Hidup dalam 3 dimensi waktu.
Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia mampu mendasarkan tingkah lakunya pada pengalaman masa lalunya, kebutahan-kebutuhan sekarang, dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pengalaman-pengalaman masa lalu merupakan pegangan bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang sama tidak akan selalu terulang-ulang. Pengalamanpengalaman yang tidak baik diingat untuk tidak diperbuat lagi sedangkan pengalaman-pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman dalam kegiatan-kegiatannya masa kini yang kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang akan datang dengan sebaikbaiknya. Dengan perkataan lain bahwa manusia dapat merencanakan apa yang akan diperbuat dan apa yang akan dicapai.
Ketiga potensi diatas oleh para ahli dijadikan sebagai syarat “ human minimum “. Oleh karenanya bila tidak terdapat ketiga potensi ini maka akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat manusia. Pemahaman ini selanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan potensi diri pribadinya. Dengan potensinya tersebut, manusia juga disebut sebagai makhluk monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat dipandang sebagai makhluk individu, sosial, dan ber-Tuhan.

Makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individual berarti manusia itu merupakan suatu totalita. Individu berasal dari kata in-dividere, yang berarti tidak dapat dipecah-pecah. Dalam aliran modern, ditegaskan bahwa jiwa manusia itu merupakan satu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan secara keseluruhan.

Makhluk sosial
Manusia tidaklah mungkin hidup sendiri tanpa adanya komunikasi dengan manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan bantuan orang lain, ia memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuh kebutuhan biologisnya. Demikian pula setelah tumbuh lebih besar, berbicara, belajar, berjalan, mengenal benda, mengenal norma, dan sebagainya selalu membutuhkan bantuan orang lain di sekitarnya.

Makhluk ber -Tuhan
Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupannya tidak bisa dilepaskan dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanya mereka yang tergolong atheis saja yang tidak mengakui adanya Tuhan. Sebenarnnya mereka yang atheispun tanpa disadari telah menyatakan kebutuhannya kepada Tuhan meskipun tidak sempurna. Hal ini terbukti dengan aktivitasnya yang menyembah kepada dewa-dewa dan benda-benda lainnya.

b.   Implementasi Psikologi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
Dalam setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakat pada umumnya disebabkan adanya ketidakseimbangan perrhatian atau pembinaan terhadap kedua aspek yang ada dalam diri manusia, yakni : aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa). Keseimbangan kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku individu ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan masyarakatnya. Terkait hal di atas dapat dicontohkan dalam kasus sebagai berikut : seorang remaja yang berusia 18 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert. Lingkungan yang keras dan minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah membesarkannya menjadi orang yang mudah terpengaruh pada situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain dari lingkungan sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga dilatar belakangi oleh keadaan keluarganya yang broken home sehingga mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkungan keluarga juga dengan mudah memasuki kehidupannya. Hampir tiap malam anak ini bergaul dengan teman di lingkungannya yang sering berjudi dan mabuk-mabukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Terkait dengan kasus kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh lingkungan yang buruk dan kurangnya perhatian orang tua (broken home) sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan dan kerohanian pada diri anak. Dalam hal ini yang paling utama adalah penanaman jiwa keagamaan anak sejak dini. Jadi, peranan keagamaan pada diri anak sangat penting dalam kehidupannya, karena dengan pendidikan agama diharapkan dapat menyaring segala sesuatu yang bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat (Arifin, 2004). Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam yang tidak dibatasi oleh institusi (kelembagaan) ataupun pada kalangan pendidikan tertentu. Pendidikan Islam di sini diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan, serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya.
Studi pada kasus diatas memberikan ilustrasi bahwa betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi sosial dalam hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya dengan upaya pendidikan keagamaan. Perangsang sosial yang berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial yang penuh dengan kekeluargaan diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi lebih baik, sehingga secara bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk
lingkungan akan terkikis dan tergantikan dengan pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.

C.   LATIHAN
Ceritakan satu kasus dalam kehidupan anda tentang peranan pendidikan agama terhadap psikologi sosial !








D.  RANGKUMAN
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang merupakan bagian dari psikologi pada khususnya dan ilmu pengetahuan sosial pada umumnya. Peranan psikologi sosial adalah membantu memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat.  Peranan ini dilakukan oleh psikologi sosial karena yang menjadi obyek studinya adalah segala gerak-gerik atau tingkah laku hidup kejiwaan manusia yang berkaitan dengan hubungan–hubungan sosial, baik antara individu dan individu ataupun dengan kelompok sosialnya. Sehingga hasil analisa atau studinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam merubah perilaku menjadi lebih baik sebagaimana yang diinginkan.
Tujuan psikologi sosial adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup dengan kesadaran dan sikap mental yang positif sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu, dan teknologi.
Konsep dasar psikologi sosial berpusat pada manusia yang memiliki potensi untuk selalu mengalami proses perkembangan setelah individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara implementasi psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat mengutamakan prinsip keseimbangan pada dua aspek yang ada dalam diri manusia, yakni : aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa). Keseimbangan kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap setiap perilaku individu ketika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.

E.   PENILAIAN
  1. Jelaskan pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial ! (bobot : 20)
  2. Jelaskan salah satu tujuan psikologi sosial ! (bobot : 20)
  3. Jelaskan salah satu konsep dasar psikologi sosial ! (bobot : 25)
  4. Jelaskan implementasi konsep dasar psikologi sosial dalam kehidupan masyarakat ! (bobot : 35)







DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, M. 2004. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.
Armas, Adnin. 2007. Krisis Epistemologi dan Islamisasi Ilmu. Ponorogo: CIOS.
Baron, Robert A. dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Terjemahan Ratna Juwita, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
David O. Sears, dkk.tanpa tahun. Psikologi Sosial. Terjemahan Michael Adryanto. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nashori, Fuad. 2002. Agenda Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Schellenberg, James A.. 1997. Tokoh-Tokoh Psikologi Sosial. Terjemahan Nancy Simanjutak. Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.