Blogger Widgets

IsdiQLia

Senin, 15 Juni 2015

SPI kemajuan peradaban islam di spanyol

Kemajuan Peradaban Islam Di Spanyol
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.[1]
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1.       Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a.       Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya[2].
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.
b.      Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c.       Fiqih
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e.       Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
2.       Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.
Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada[3].
·         Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.
·         Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
3.      Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir[4].
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing[5].
 Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan politik pada masa Muluk al- Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju
4.      Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di Eropa
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam meneyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara[6].
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim[7].
Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-1 4 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin[8].
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.


DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
Effat Al-Sharqawi, Filsafat kebudayaan Islam, (Bandung: Pustaka, 2001),
Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban Islam, ( Jakarta: AMZAH, 2014 ),
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayan islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 2000)



[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (jakarta:PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 87
[2] Ibid Hlm.90
[3] Effat Al-Sharqawi, Filsafat kebudayaan Islam, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 5.
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (jakarta:PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 85.
[5] Ibid hlm. 88
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (jakarta:PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 89.
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban Islam, ( Jakarta: AMZAH, 2014 ),
[8] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayan islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 2000)

Tafsir Tarbiyah kewajiban belajar

 BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna diantara mahluk yang lain, hal ini karena manusia diberikan potensi berupa akal sehingga manusia mampu berpikir dan mengembangkan diri mereka. Potensi akal yang diberikan oleh Allah dapat terus dikembangkan dan diasah dengan jalan belajar.
Dalam agama islam, belajar merupakan suatu perintah yang di wajiban kepada pengnutnya. Dalam Al-qur’an dan hadis, banyak sekali disinggung mngengenai belajar dan keutamaan orang-orang yang belajar atau berilmu.
Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa Allah swt berfirman :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu diantara kamu , dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa tingkat
Didalam sebuah hadis Rasulullah saw didalam kitab Ta’limul muta’allim,
طَلُبِ اْلعِلْمَ فَرِِيْضَةٌعَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Artinya “menuntut ilmu itu wajib bagi orang islam laki-laki dan perempuan”
Berdasarkan ayat dan hadis diatas, ini menunjukan betapa penting dan wajibnya untuk belajar, hal ini sangat relevan sekali mengingat betapa pentingnya belajar bagi manusia terlebih untuk mengarungi kehidupan di dunia modern saat ini, dimana semua dituntut untuk mampu dan memiliki keahlian atau ilmu di setiap bidang kehidupan hususnya duniakerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, kami akan mencoba mengkaji beberapa ayat al-qur’an terkait dengan kewajiban menuntut ilmu agar bisa menjadi bahan renungan sekaligus sebagai motivasi dalam menuntut ilmu.



BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa ayat Al-qur’an yang membahas mengenai kewajiban belajar yaitu diataranya sebagai berikut :
1.      Al-Alaq ayat 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya:
1.      Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
2.      Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3.      Bacalah dan tuhanmulah yang maha pemurah
4.      Mengajarkan manusia dengan perantaan Pena
5.      Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
1)      penjelasan
Imam ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra dia berkata : “ wahyu yang pertama kali turun kepada rasulullah saw ialah berupa mimpi yang benar waktu beliau tidur beliau tidak bermimpi melainkan mimpi itu datang kepada beliau seperti falaq ( Cahaya ) subuh, karena begitu jelasnya[1].
Kemudian beliau tertarik untuk mengasingkan diri beliau datang ke gua hira. Disitu beliau beribadah beberapa malam. Untuk beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada khadijah untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Suatu ketika datanglah wahyu kepada beliau secara tiba-tiba, sewaktu beliau masih berada di gua hira. Malaikat datang kepada beliau di gua itu, seraya berkata “Bacalah”.
Ketika beliau disuruh membaca beliau bersabda “aku tidak bisa membaca” sampai ayat kelima dibacakan oleh malaikat jibril
Kemudian Nabi SAW pulang dalam keadaan menggigil lalu beliau berkata kepada khadijah “selimuti aku” maka beliau diselimuti oleh khadijah, hingga hilang rasa takutnya.
2)      Kandungan Ayat
a.       Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan
Kata Iqra terambil dari kata kerja Qara’a  yang pada mulanya berarti menghimpun[2]. Apabila anda merangkai huruf/kata kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut maka anda telah menghimpun atau membacanya. Dengan demikian realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga harus terdengar oleh orang lain.
Ayat diatas tidak menyebutkan objek bacaan maka dari itu kata iqra’ digunak dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat umum maka objek tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik berupa tertulis maupun tidak tertulis.
b.      Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Manusia adalah mahluk pertama yang disebut oleh Allah, bukan hanya karena bentuknya yang sempurna atau karena segala sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi kepentingannya tetapi juga karena Al Qur’an ditunjukkan kepada umat manusia sebagai pelita kehidupannya
c.       Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah
Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa dia meyediakan alam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantara lisan. Alam sebagai benda padat tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulit bagi Allah menjadikan Nabi sebagai manusia pilihannya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar
d.      Yang mengajar manusia dengan perantara pena
Agar Ilmu yang diajarkan tidak hilang dan terekam dalam tulisan[3].
e.       Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang kelimpahan karunia yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah ynag menjadikan habanya pandai. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan ayat ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca,menulis, dan berilmu pengetahuan.
2.      Al-Ghasyiyah ayat 17-20
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ
Artinya:
17.   Namun apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan
18.   Dan langit bagaimana ia ditinggikan
19.   Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan
20.   Dan bumi bagaimana ia dihamparkan
Ø  Penafsiran
Adapun penjelasan ayat diatas yaitu[4]
1.      (apakah mereka tidak memperhatikan) dengan pengelihatan yang diiringi dengan pertimbangan untuk menyimpulkan keEsaan dan kekuasaaan tuhan yang maha pengampun (Unta) dan keajaiban ciptaannya (bagaimana dia diciptakan dengan sifat menonjol yang ada pada dirinya)
2.      (langit ) serta keindahannya yang cemerlang dan hiasannya berupa bintang-bintang matahari dan bulan (bagimana ia ditinggikan) tanpa tiang penyangga yang terlihat
3.      (gunung-gunung) serta kekokohannya  dan berbagai jenisnya, ada yang mengandung batu, marmer, dan adapula yang dipenuhi dengan pepohonan dan tumbuh tumbuhan. (Bagimana ia ditegakkan) dengan kokohnya tanpa miring sedikitpun.
4.      (bumi bagaimana ia dihamparkan) yakni dijadikan terhampar dan luas.
3.      Ali-Imron ayat 190-191
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya:
190.Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191.(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ø  Kandungan atau makna ayat
190.Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Penjelasannya Yaitu [5]:
Termasuk didalamnya adalah anjuran kepada hamba untuk memikirkan ciptaannya, memperhatikan dengan seksama tanda-tandanya dan merenungkan proses penciptaannya. Allah menyebut secara umum firmannya “tanda-tanda” dan tidak berfirman menurut kepentingan seseorang; yang berindikasi kepada banyaknya dan keumumannya. Yang demikian itu karena mengandung tanda-tanda yang menakjubkan yang membuat decak kagum orang-orang yang memandangnya dan memuaskan orang-orang yang memikirkannya, menarik hati orang-orang yang jujur, membangun akal yag jernih terhadap tuntutan-tuntutan ilahinya.
Dan perincian perkara yang dikandung olehnya tidak mungkin mahluk dapat menghindarkan dan meliputi sebagiannya. Pada intinya, apa yang ada padanya berupa keagungan, keluasan, keberaturan, peredaran dan gerakannya, menunjakan kepada keagungan penciptanya, agungnya kekuasaan-Nya, dan luasnya kuasa-Nya, dan semua yang ada didalamnya berupa kemantapan dan profesionalitas total, serta ketelititan dan keindahan ciptaan yang begitu detail. Semua perbuatan ( dan karya itu ) menunjukan kebijaksanaan Allah yang meletakkan segala sesuatu pada tempat yang tepat dan begitu luas ilmu-Nya. Dan apapun yang dikandungnya berupa manfaat bagi mahluk menunjukan akan keluasan rahmat Allah, umumnya karunia-Nya, kebaikan-Nya yang menyeluruh dan kewajiban bersyukur kepada-Nya. Semua itu menunjukan ketergantungan hati kepada pencipta dan perbuatannya, dan mengerahkan segala upaya dalam memperoleh keridhoan-Nya, dan agar Allah tidak disekutukan dengan apapun, dari orang yang tidak memiliki sebesar biji atom sekalipun untuk dirinya maupun orang lain.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Penjelasannya Yaitu[6]:
Kemudian Allah swt menjelaskan sifat orang-orang yang berakal, itu bahwa mereka, “ orang-orang yang mengingat Allah” pada segala kondisi mereka, “sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring” ini mencakup segala bentuk zikir dengan perkataan maupun hati, dan termasuk dalam hal itu juga adalah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu maka duduk, bila tidak mampu maka berbaring, dan bahwa mereka, “memikirkan pencptaan langit dan bumi.”. artinya, agar mereka menjadikannya sebagai dalil terhadap apa yang dimaksudkan darinya.
Ini menunjukan bahwa berpikir adalah ibadah yang merupakan salah satu sifat diantara sifat para wali Allah yang berilmu. Apabila mereka memikirkannya, niscaya mereka akan mengetahui bahwa tidaklah menciptakan mereka sia-sia, maka mereka berkata “ya tuhan kami tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci engkau” dari segala hal yang tidak patut bagi keagungan-Mu dengan kebenaran dan karena kebenaran. Akan tetapi engkau ciptakan semua itu kebenaran, “maka peliharalah kami dari siksa neraka,” dengan melindungi kami dari keburukan dan bimbing kami kepada amalan-amalan shaleh hingga dengan itu semua kami memperoleh keselamatan dari api neraka. Dan itu juga mengandung permohonan masuk surga, bila Allah memelihara mereka dari neraka, niscaya mereka mendapat surga. Tetapi ketika rasa takut muncul dalam hati mereka, mereka memohon kepada Allah dengan perkara-perkara penting bagi mereka.

4.      Al-Taubat ayat 122
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ
Artinya:
“Tidak sepatutnya bagi mu’minin itu pergi semuanya(perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diatara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Agama dan untuk memberikan peringatan  kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(QS Al-Taubah : 122)
1.     Asbabunnuzul Ayat
Adapun Asbabunnuzul ayat diatas yaitu[7]
Ibnu abu hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui ikrimah yang menceritakan, bahwa ketika diturunkan firmannya: “jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa Kalian dengan siksa yang pedih”(QS Al-Taubah:136). Tersebutlah pada saat itu ada orang orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah Badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka oran-orang munafik memberikan komentar “sungguh masih ada orang yang tertinggal di daerah pedalaman, maka celakalah orang orang pedalaman itu.”kemudian turunlah Ayat diatas.
2.     Kandungan Ayat
Ayat ini menerangkan kelengkapan hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada Allah swt dan meneakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan pedang itu sendiri tidak di syariatkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut agar jangan di permainkan oleh tangan-tangan dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat al- Kalabi dari ibnu Abbas bahwa dia mengatakan, “ Setelah Allah swt mengecam keras terhadap orang-orang yang tidak menyertai rasul saw dalam peperangan, maka tidak seorangpun diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau utusan perang buat selama-lamanya. Hal ini benar-benar mereka lakukan sehingga tinggallah rasulullah saw sendirian maka turunlah wahyu yang artinya ” Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ( ke medan perang )”
Pada intinya, ayat ini menerangkan bahwa betapa pentingnya menuntut ilmu bahkan tidak kalah penting dari berjihad di jalan Allah swt.
5.      Al- Ankabut 19-20
öNs9urr& (#÷rttƒ y#øŸ2 äÏö7ムª!$# t,ù=yø9$# ¢OèO ÿ¼çnßÏèム4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o ÇÊÒÈ ö@è% (#r玍ŠÎû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øŸ2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yムnor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ
Artinya:
19. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. “ Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Penjelasan Ayat diatas seperti yang diuraikan oleh Syaikh H.Abdul Halim Hasan dalam bukunya Tafsir Al Ahkam yaitu :
Pada ayat ini digunakan kata orang ketiga yang merujuk langsung kepada mitra bicara yang menolak ajaran rasul. Penggunaan kata ketiga ini mengesankan kejauhan mereka dari ilahi dan bahwa mereka tidak wajar memperoleh kehormatan diajak berdialog dengan Allah swt.
Disini Allah berfirman : “apakah mereka lengah sehingga tidak memperhatikan bagaimana Allah senantiasa memulai penciptaan semua mahluk termasuk manusia “.
Penciptaan pertama kali untuk menegaskan bahwa yang memulai penciptaan Yaitu Allah. Dia  juga melakukan kejadian pengulangannya.
Dengan melakukan perjalanan dibumi sebagaimana diperintahkan ayat ini seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam , maupun maupun dari peninggalan-peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Pandangan kepada hal-hal itu akan mengantar seseorang yang menggunakan pikirannya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan  itu, wujud satu kekuasaan yang Maha Besar lagi Maha Esa yaitu Allah Swt.
Perintah berjalan yang dirangkaikan dengan perintah melihat seperti firmanNya diatas ditemukan sebanya tujuh kali dalam al-Qur’an. Ini mengisyaratkan perlunya melakukan  apa yang diistilahkan dengan wisata ziarah  pakar tafsir fakhrudin ar razi menulis bahwa perjalanan wisata mempunyai dampak yang sangat  besar dalam rangka menyempurnakan  jiwa manusia. Dengan perjalanan itu manusia dapat memperoleh kesulitan dan kesukaran yang dengannya jwa terdidik dan terbina, terasah dan terasuh. Bisa juga ia menemui orang orang yang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat dari pertemuannya dan yang lebih penting  ia dapat menyaksikan aneka ragam ciptaan Allah. Pakar tafsir lain jamaludin al Qasimi menulis bahwa “saya telah menemuakan sekian banyak pakar yang berpendapat bahwa kitab suci memerintahkan manusia agar mengorbankan  sebagian dari(masa) hidupnya untuk melakukan perjalanan agar ia dapat menemukan peninggalan peninggalan lama, mengetahui kabar berita umat terdahulu, agar semua itu dapat menjadi pelajaran dan ibrah yang dengannya dapat diketuk dengan keras otak otak yang beku” memang sekian banyak orang yang terpaku di tempat  kediamannya yang terpaku pula pikirannya dengan rutinitas dan kebiasaan-kebiasaan yang dialami dan dilihatnya. Tetapi jika ia meninggalkan tempat, pikirannya akan terbuka, perasaannya akan terasah, sehingga dia akan menemukan hal-hal  baru yang dapat mengantarnya kepada hakikat wujud ini dan bahwa dibalik segala yang dilihat dan didengarnya ada Tuhan Yang Maha Esa.
Penggunaan bentuk kata kerja  masa lampau pada kata  bada’a melahirkan kesan dalam bentuk pertanyaan pada benak sayyid Quthub. Yaitu apakah ini berarti bahwa di bumi ada sesuatu yang dapat menunjukkan tentang asal usul kehidupan serta bagaimana permulaan penciptaan, atau garis perjalanan kehidupa seperti yang diupayakan untuk diungkap oleh para arkeologi bagaimana dia bermula, bagaimana tersebar dan bagaimana ia berkembang ? apakah kehidupan, darimana asal usul bumi ini, bagaimana  lahirnya mahluk hidup pertama ? memang hingga kini mereka belum dapat mengungkapnya. Ayat di atas adalah pengarahan Allah swt. Untuk melakukan riset tentang asal usul  kehidupan lalu kemudian menjadikan bukti ketika mengetahuinya  tentang keniscayaan kehidupan akhirat.




BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban yang dibebankan kepada umat islam. Hal ini sesuai dengan hadis Rasul saw dalam kitab Ta’limul muta’allim.
طَلُبِ اْلعِلْمَ فَرِِيْضَةٌعَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَة         ٍ
Artinya “menuntut ilmu itu wajib bagi orang islam laki-laki dan perempuan”
            Selain itu Allah Swt. Akan mengangkat derajat orang orang yang berilmu. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu diantara kamu , dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa tingkat “
Secara tidak langsung melalui ayat di atas Allah menghendaki hambanya untuk senantiasa menuntut ilmu, bahkan dari sejak lahir sampai masuk liang lahat.



DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as sa’di, Tafsir As Sa’di (Jakarta: Pustaka Syifa, 2007)
Syaikh H.Abdul Halim Hasan, Tafsir Al Ahkam (Jakarta: Prenada media group, 2006)
Al imam M.usman Abdullah Al Mirgani (penerjemah: Bahrun Abu bakar ) Mahkota tafsir  ( Bandung: sinar baru algensindo, 2009)
Https://basukiasyamir.wordpress.com/2014/0313/makalah-kewajiban-belajar



[1] Https://basukiasyamir.wordpress.com/2014/0313/makalah-kewajiban-belajar
[2] Https://basukiasyamir.wordpress.com/2014/0313/makalah-kewajiban-belajar
[3] Al imam M.usman Abdullah Al Mirgani (penerjemah: Bahrun Abu bakar ) Mahkota tafsir  ( Bandung: sinar baru algensindo, 2009) Hlm. 3630
[4]Ibid. hlm.3580-3581
[5] Syaikh Abdurrahman bin Nashir as sa’di, Tafsir As Sa’di (Jakarta: Pustaka Syifa, 2007) hlm.610
[6] Ibid.,hlm.611
[7] Https://basukiasyamir.wordpress.com/2014/0313/makalah-kewajiban-belajar