Blogger Widgets

IsdiQLia

Senin, 15 Juni 2015

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia, masyarakat dan lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat, masyarakat sebagai bentuk dari kumpulan manusia dengan berbagai kegaitannya saling berbaur satu sama lain.
Berbagai bidang yang digeluti manusia bersama dalam masyarakat pun tidak terlepas dari adanya daya dukung lingkungan sebagai tempat tinggal mannusia. Manusia  yang merupakan bagian aktif dari alam meaminkan peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan. Baik kehidupan manudia dalam masyarakat maupun keberadaan masyarakat ditengah lingkungan.
Manusia, masyarakat, dan lingkungan merupakan tiga hal yang saling berhubungan erat. Ketiganya sama-sama memegang peranan penting dalam kehidupan. Islam sebagai agama yang sempurna, membahas seluruh lini kehidupan baik mengenai manusia, masyarakat, dan lingkungan tempat tinggalnya.[1]


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia
Manusia menurut Islam dilahirkan dengan potensi dan bakat yang di bawanya sejak lahir secara fitrah. Fitrah yang berarti manusia membawa sifat dasar kebaikan, keimanan, dan potensi dasar tauhid yang kemudian menjadi perilakunya di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, manusia sebenarnya terus memerlukan pengayoman spritual, agar tidak tercabut dari watak keimanannya[2].
A.    Proses Penciptaan Manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, tinggi derajatnya serta mempunyai nafsu dan akal pikiran. Dilihat dari proses penciptaanya manusia dalam pandangan Al-Qur’an diciptakan disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam as diciptakan dari At-tiin (tanah), Al-turob (tanah debu), Min shal (tanah liat), Min hamain masnun (tanah lumpur yang hitam.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami sains-empirik. Didalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nutfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nutfah itu dijadikan darah beku (Alaqoh) yang mengantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikannya segumpal danging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang (idzom) lalu kepadanya ditiupkan ruh. Selaras dengan Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 12 samapai 14 yaitu :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$#  [3]ÇÊÍÈ
                                   
Artinya Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.  Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).  Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS.Al Mu’minun. 23:12-14) [4]

B.     Kedudukan Manusia
Kesatuan wujud manusia antara badan dan ruh serta didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan at-taqwin dan merupakan manusia pada posisi yang strategis yaitu: Hamba Allah (‘abd Allah) dan Khalifah Allah (khalifah fi al-ardh).
Ø  Manusia Sebagai Hamba Allah (‘abd Allah)
Jin dan manusia diciptakan melainkan hanya untuk beribadah kepada allah. Maka dalam hal ini manusia berkedudukan sebagai hamba yang wajib mentaati seluruh perintah-Nya, sebaliknya manusia juga harus menjauhi seluruh larangan-Nya,
Ø  Manusia Sebagai Khalifah Allah fi al-Ardh.
Manusia adalah wakil Allah dibumi yang merupakan pelaksana dari kekuasaan dan kehendak Allah

·         Namun masih ada juga kedudukan Manusia yang terdapat dalam al qur’an diantaranya :
Ø  Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jumu’ah: 10; Al-Baqarah: 60).
Ø  Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-An’am:168).
Ø  Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70).

C.    Manusia Dalam Islam
Menurut  Al Qur’an, Manusia adalah Mahluk ciptaan Tuhan. Manusia berasal dan datang dari Tuhan. Al Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsure Jasmani (material). Sebagaimana diisyaratkan dalam Al Qur’ann :
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur       $yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ
Artinya “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”(QS : Al Qashash: 77).
Di dalam surat Al A’raf Ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani. Pentingnya unsure jasmani dalam islam terlihat juga di dalam Al Qur’an  surat Al Baqarah 57,60,168 ; Begitu juga di dalam surat al A’raf 31-32. Kesimpulannya Adalah unsur jasmani merupakan salah satu esensi(hakikat) manusia.
Akal Adalah salah satu aspek penting dalam hakekat manusia. Ini dielaskan dalam banyak tempat didalam Al Qur’an . akal adalah alat untuk berfikir. Jadi, salalh satu hakekat manusia ialah ia ingin, ia mampu, ia berfikir.
Aspek lainnya ialah ruh atau ruhani. Penjelasan al Qur’an tentang aspek ini terdapat di dalam al Qur’an antara lain dalam surat al Hijr ayat 29. Ayat yang sama terdapat dalam surat shad ayat 72. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia memiliki ruh. Dan ruh itu adalah unsure hakiki pada manusia.
QS: AL Hijr :29
#sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Artinya “Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].”

[796]  dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.

QS: Shaad : 72
#sŒÎ*sù ¼çmçG÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇÐËÈ
Artinya “Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
a.       Manusia di diberikan Oleh Allah kelebihan[5]. Kelebihan manusia adalah :
1)      Dijadikan Allah sebagai khalifah(wakil)dibumi(surat 2:3; surat 6:122) ;
2)      Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk lain (surat :17:70) ;
3)      Diberi alat indera atau akal (suat 17:78 ; dan surat 30:8);
4)      Tempat tinggal yang baik dibandingkan dengan mahluk lain dan diberi rezeki( surat 70;10);
5)      Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan ;
6)      Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (surat 53:79);

b.      Adapun kelemahan manusia[6] ialah sebagai berikut :
1)      Manusia adalah mahluk yang lemah (surat 4 :28)
2)      Manusia memiliki kecendrungan nakal ;
3)      Manusia itu sombong, tidak mau berterimakasih, dan mudah putus asa
4)      Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri;
5)      Manusia itu senang membantah (QS. 16:4; QS. 18:54);
6)      Manusia itu bersifat tergesa-gesa;
7)      Manusia itu pelit;
8)      Manusia itu adalah suka mengeluh;
9)      Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat maksiat terus menerus dan bertindak malampaui batas (surat 75:5)

2.2.Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia atau sekumpulan dari beberapa keluarga yang hidup dilingkungan tertentu. Jika kita berbicara tentang masyarakat yang berkaitan dengan sudut pandang islam maka pembahasan kita tidak keluar dari bidang pendidikan islam atau falsafah pendidikan islam. Masyarakat merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pendidikan, disamping masyarakat itu tempat kembalinya out-put pendidikan. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat, bahwa kerja-kerja pendidikan lebih bersifat sosial dan merubah serta memajukan masyarakat merupakan tujuan yang paling menonjol bagi pendidikan islam. Disamping itu pendidikan adalah wadah atau tempat mencetak generasi mudah, yang pada akhirnya generasi mudah itu menjadi berkualitas, dan dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Disamping hal diatas, Perlu diungkapkan pula pendapat beberapa ahli tentang masyarakat sebagai Berikut[7] :
a.       Menurut Selo Sumardjan Masyarakat Adalah Orang-orang yang hidup bersama menghasilkan kebudayaan.
b.      Menurut Karl Mark Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan  organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
c.       Menurut Emile Durkheim Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif (mandiri, hidup Bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,  Mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan kelompok/kumpulan manusia tersebut.
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesame untuk mencapai tujuan. Anggota masyarakat terdiri berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama, maupun lapisan social  sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Secara langsung dan tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin komunikasi, mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.

A.    Hakikat Masyarakat Dalam Islam
Masyarakat dalm islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah ummah berasal dari kata amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras (‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni “gerakan” dan “tujuan” dan “ketetapan Hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma  itu pada mulanya mencakup arti “kemajuan” maka tentunya ia  memperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri  atas empat arti, yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan.
Dalam Al Qur’an banyak sekali penggunaan kata ummat ini , minsalnya[8] :
a.       Umat berarti agama yang satu
Allah berfirman dam Q.S. al-mu’minun : 52
¨bÎ)ur ÿ¾ÍnÉ»yd óOä3çF¨Bé& Zp¨Bé& ZoyÏnºur O$tRr&ur öNà6š/u Èbqà)¨?$$sù ÇÎËÈ
Artinya”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku”.(QS:Al Mu’minun : 52)[9]
b.      Umat berate segolongan/Kelompok
Allah SWT Berfirman dalam QS.An-Nahl : 83
tbqèù̍÷ètƒ |MyJ÷èÏR «!$# ¢OèO $pktXrãÅ6ZムãNèdçŽsYò2r&ur šcrãÏÿ»s3ø9$# ÇÑÌÈ
Artinya”Mereka mengetahui nikmat Allah, Kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.”

c.       Umat berate sekumpulan orang yang diberi peringatan
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Fathir : 24
!$¯RÎ) y7»oYù=yör& Èd,ptø:$$Î/ #ZŽÏ±o0 #\ƒÉtRur 4 bÎ)ur ô`ÏiB >p¨Bé& žwÎ) Ÿxyz $pkŽÏù ֍ƒÉtR ÇËÍÈ
Artinya “Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan Telah ada padanya seorang pemberi peringatan”.

yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.

d.      Umatan wahidan berarti agama yang satu (Islam)
Q.S.Asy-Syura : 8
öqs9ur uä!$x© ª!$# öNßgn=yèpgm: Zp¨Bé& ZoyÏnºur `Å3»s9ur ã@Åzôム`tB âä!$t±o Îû ¾ÏmÏFuH÷qu 4 tbqçHÍ>»©à9$#ur $tB Mçlm; `ÏiB <cÍ<ur Ÿwur AŽÅÁtR ÇÑÈ
Artinya “ Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.”

e.       Umat berarti agama
QS.Az-Zuhruf : 22
ö@t/ (#þqä9$s% $¯RÎ) !$tRôy`ur $tRuä!$t/#uä #n?tã 7p¨Bé& $¯RÎ)ur #n?tã NÏd̍»rO#uä tbrßtGôgB ÇËËÈ
Artinya “Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".
f.        Umat berarti pemeluk Agama
QS: Al Jatsiah : 28:
3ts?ur ¨@ä. 7p¨Bé& ZpuŠÏO%y` 4 @ä. 7p¨Bé& #Ótçôè? 4n<Î) $pkÈ:»tGÏ. tPöquø9$# tb÷rtøgéB $tB ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇËÑÈ
Artinya “  Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang Telah kamu kerjakan”
g.      Umatan washatan berarti umat yang seimbang
QS: Al Baqarah: 143:
y7Ï9ºxx.ur öNä3»oYù=yèy_ Zp¨Bé& $VÜyur (#qçRqà6tGÏj9 uä!#ypkà­ n?tã Ĩ$¨Y9$# tbqä3tƒur ãAqߧ9$# öNä3øn=tæ #YÎgx© 3 $tBur $oYù=yèy_ s's#ö7É)ø9$# ÓÉL©9$# |MZä. !$pköŽn=tæ žwÎ) zNn=÷èuZÏ9 `tB ßìÎ6®Ktƒ tAqߧ9$# `£JÏB Ü=Î=s)Ztƒ 4n?tã Ïmøt7É)tã 4 bÎ)ur ôMtR%x. ¸ouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûïÏ%©!$# yyd ª!$# 3 $tBur tb%x. ª!$# yìÅÒãÏ9 öNä3oY»yJƒÎ) 4 žcÎ) ©!$# Ĩ$¨Y9$$Î/ Ô$râäts9 ÒOŠÏm§ ÇÊÍÌÈ
Artinya  “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[95] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

[95]  umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, Karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

B.     Karakter yang perlu dimiliki Oleh masyarakat islam
*      Pertama, masyarakat komunikatif. Manusia adalah mahluk yang saling berhubungan, saling menginformasikan ide, makna, konsep, dan pengertian antara satu dengan yang lainnya, melalui bahasa suara, isyarat, dan gerak.
*       Kedua, masyarakat penafsir. Manusia dalam kultur yang berbeda akan memberikan penafsiran yang berbeda

C.    prinsip-prisip yang menjadi  pandangan islam terhadap masyarakat.
1.      Prinsip pertama, mengakui bahwa masyarakat dalam pengertian yang paling sederhana ialah kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan yang timbal balik, berkepentingan bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem hidup, undang-undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang dirangkum masyarakat dalam pengertian luas.
2.      Prinsip kedua, menyakini bahwa masyarakat islam mempunyai sikap dan cirinya tersendiri, membedakan dari masyarakat lain. Menyebabkan masyarakat islam benar-benar menjadi masyarakat ideal yang menjadi contoh masyarakat lain untuk menikmati kebahagiaan, kemakmuran dan memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Masyarakt yang digariskan islam hendaknya dibina dengan moral atau nialai-nilai islam yang berlandaskan pada Al-qur’an dan hadist. Ciri-ciri masyarakat islam yaitu : masyarakat yang berdiri atas dasar keimanan kepada Allah, Nabi, Rasul, Kitab-kitab Allah, Hari akhirat. Masyarakat islam segala sesuatu hukum kehidupan dikembalikan kepada hukum Allah. Masyarakat islam mempunyai nilai-nilai yang baik atau akhlakul karimah. Masyarakat islam mempunyai ilmu agama serta ilmu duniawi untuk mencapai tujuan dunia dan akhirat.
3.      Prinsip ketiga, masyarakat islam menyakini bahwa azas untuk membina masyarakat ialah akidah kepercayaan bahwa Allah itu Esa, serta menyakini rukun-rukun iman lainnya dan rukun-rukun islam.
4.      Prinsip keempat, menyakini bahwa agama dalam pengertian luas yang merangkum setiap yang berhubungan dengan akidah, ibadah, pergaulan, antara sesama manusia ialah merupakan teras dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
5.      Prinsip kelima, masyarakat islam menyakini bahwa ilmu yang yang sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya adalah iman dan akhlak untuk mencapai kemajuan, kemakmuran dan kekuatan masyarakat islam.
6.      Prinsip keenam,masyarakat islam selalu mengikuti perubahan dan kemajuan zaman melalui struktur masyarakat sistem kebudayaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu diselaraskan dengan nilai-nilai islami.
7.      Prinsip ketujuh, masyarakat islam merupakan sel atau unit pertama untuk kemajuan islam. Pribadi yang shaleh dan masyarakat yang shaleh mempunyai hubungan yang erat dan tak dapat dipisahkan untuk kegemilangan islam.
8.      Prinsip kedelapan, masyarakat islam selalu menciptakan suasana tolong menolong setia kawan, persaudaraan, saling mengasihi, cinta-mencintai dan kerja sama antar individu dalam kehidupan  bermasyarakat.

2.3.Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Lingkungan
A.        Manusia Dan Alam
Sejak kelahiran manusia, muncul jenis-jenis baru tumbuhan dan hewam yang telah disediakan untuk leingkungan hidup manusia agar sejahtera hidupnya. Lingkungan itu perlu diolah dan dimanfaatkan manusia sebaik-baiknya, supaya sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah. Kita harus mencintai lingkungan, artinya memperlakukan bermacam ragam benda, baik biotik (yang dapat diperbaharui) maupun abiotik (yang tidak dapat diperbaharui), agar lingkungan hidup dapat berfungsi dan dapat untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia lahir dan batin. Bumi dan isinya adalah bahan mentah yang harus diolah dan dilestarikan manusia agar bumi dan isinya selalu terlestarikan dan terolah secara baik, Allah SWT berfirman:
ôs)s9ur öNà6»¨Z©3tB Îû ÇÚöF{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB 3 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±s? [10]ÇÊÉÈ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur (Q.S Al-A’raff: 10)
B.     Memanfaatkan Lingkungan
Manusia terhadap ligkungannya sangatlah dominan selaku subjek penentu, yang dapat menentukan apakah lingkungan itu dapat bermanfaat atau tidak. Namun manusia tentulah sangat mengiginkan kehidupannya selalu bermanfaat. Pemanfaatan alam sebesar-besarnya bagi kehidupan dan kesejahteraannya harus di sertai upayamenjaga keseimbangan ekologi dan mempertahankan kelestariannya. Akal manusia terus berkembang, dan manusia terus memahami alam. Secara berangsur dengan akal pikirannya, manusia berhasil menggali hukum alam yang mencerminkan kekuasaan dan kebesaran penciptanya, Allah swt. Akan tetapi manusia selalu mencari rahasia alam, sehingga manusia menemukan alat-alat untuk melestarikan alam dengan praktis tanpa menegeluarkan otot atau tenaga yang ekstra. Dengan penemuannya, pengguanaan energi baru maka kehidupan ekonomi masyarakat dan tingkat reproduksi pertanian semakin meningkat.seharusnya sikap manusia terhadap lingkungan bersifat akti memanfaatkannya seperti tanah, air dan udara.
1.      Tanah
Pengguanaan tanah untuk pertanian seperti dikemukakan sebelumnya, dimulai sejak yang paling sederhana sampai dengan abad teknologi pada zaman sekarang. Islam memberikan motivasi agar manusia memanfaatkan tanah umpamanya untuk memetik hasil dari kekayaan tanah. Allah  berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 22:
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# $V©ºtÏù uä!$yJ¡¡9$#ur [ä!$oYÎ/ tAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( Ÿxsù (#qè=yèøgrB ¬! #YŠ#yRr& öNçFRr&ur šcqßJn=÷ès? ÇËËÈ

Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.
2.      Air
Air merupakan kebutuhan pokok manusia, sejak pengguanaan air seperti minum, masak, mandi sampai pemanfaatannya untuk pertanian dan pembangkit listrik. Allah swt berfirman dalam surat waqiah ayat 68-70:
  ÞOçF÷ƒuätsùr& uä!$yJø9$# Ï%©!$# tbqç/uŽô³n@ ÇÏÑÈ öNçFRr&uä çnqßJçFø9tRr& z`ÏB Èb÷ßJø9$# ÷Pr& ß`øtwU tbqä9Í\ßJø9$# ÇÏÒÈ öqs9 âä!$t±nS çm»uZù=yèy_ %[`%y`é& Ÿwöqn=sù šcrãä3ô±n@ ÇÐÉÈ

Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum (68) kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? (69) kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu tidak bersyukur? (70)

3.      Hutan
Hutan sebagai pelindung banjir, longsor dan penyimpanan persediaan air di pegunungan. Air tersebut meresap ke dalam tanah di sela-sela rimba, kemudian muncul menjadi mata air yang jernih mengalir melalui kali-kali kecil dan berhimpun menjadi sungai.[11] Allah swt berfirman:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÐÈ ZouŽÅÇö7s? 3tø.ÏŒur Èe@ä3Ï9 7ö6tã 5=ŠÏYB ÇÑÈ $uZø9¨tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6B $uZ÷Gu;/Rr'sù ¾ÏmÎ/ ;M»¨Zy_ ¡=ymur ÏŠÅÁptø:$# ÇÒÈ Ÿ@÷¨Z9$#ur ;M»s)Å$t/ $ol°; Óìù=sÛ ÓÅÒ¯R ÇÊÉÈ $]%øÍh ÏŠ$t6Ïèù=Ïj9 ( $uZ÷uômr&ur ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. ßlrãèƒø:$# ÇÊÊÈ
Artinya :
7. dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
8. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
9. dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
10. dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun,
11. untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan. (Q.S Qaaf: 7-11).
     
Jadi, pandangan Islam terhadap lingkungan bahwa lingkungan sebenarnya apa yang ada di dalam bumi ini. Manusia yang di tugaskann oleh Allah swt sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, maka manusia mengemban tugas yang sangat berat yaitu sebagai pemimpin yang bertugas melestarikan dan menjaga serta mengolah apa saja yang ada di bumi dengan baik tanpa merusak di atas bumi, karena dengan mengolah lingkungan maka manusia dapat memanfaatkan lingkungan untuk kehidupan sehari-hari. Layaknya tanah, air dan hutan yaitu satu kesatuan lingkungan yang jika manusia mengolahnya dengan baik maka manusia dapat memanfaatkannya di kehidupan dan menjadi penunjang hidup manusia. Intinya manusia di muka bumi ini untuk mengembangkan dan melestarikan alam sekitar tanpa meruska sedikitpun sistem yang ada pada alam.




BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Manusia dalam islam sering diistilahkan dengan kata Insan,an-nas, bsyaran dan bani adam. Pigur manusia ideal dalam islam adalah Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Adalah tujuan bersama. Masyarakat dalam islam disebut ummah. Ummah sebagai manifestasi masyarakat islam memiliki karakter meleakkan tauhid dan akhlak sebagai perinsip utama
pandangan islam terhadap masyarakat tersebut yaitu : bahwa masyarakat islam selalu bekerjasama, saling tolong menolong, beradaptasi, berpartisipasi dalam kehidupanya sehari-hari. Masyarakat islam selalu mengambil semua aspek kehidupan serta mengembalikan hukum kepada sumber hukum islam yang hakiki yaitu kalamullah (Al-qur’an) dan Al-hadis sebagai sumber hukum dikehidupannya.
lingkungan sebenarnya apa yang ada di dalam bumi ini. Manusia yang di tugaskann oleh Allah swt sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, maka manusia mengemban tugas yang sangat berat yaitu sebagai pemimpin yang bertugas melestarikan dan menjaga serta mengolah apa saja yang ada di bumi dengan baik tanpa merusak di atas bumi, karena dengan mengolah lingkungan maka manusia dapat memanfaatkan lingkungan untuk kehidupan sehari-hari
3.2.Saran
Tiada Gading Yang Tak Retak, begitupun dengan makalah ini. Masih ada beberapa kesalahan yang ada tanpa disadari oleh penulis, oleh karena itu penulis harapkan akan adanya kritik dan saran atas makalah ini yang membangun. Dan dari penulis sendiri kami ucapkan terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan Heris, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta Pusat: Kemenag RI, 2012)
Qur’an In Word
Al Qu’an Tejemah, Al Hikmah ( Bandung: Darul Pustaka, 2011)
Kaelany, Islam Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)



[1] Hermawan Heris, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta Pusat: Kemenag RI, 2012), Hlm. 46
[2]. Ibid Hlm 48.
[3] Qur’an In Word (QS: 23:12-14)
[4] Al Qu’an Tejemah, Al Hikmah ( Bandung: Darul Pustaka, 2011)
[5] Hermawan Filsafat Pendidikan Islam, Hlm. 49
[6] Ibid Hlm 49
[7] Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, Hlm. 59
[8] Ibid, Hlm. 60
[9] Qur’an In Word
[10] Qur’an in Word
[11] Kaelany, Islam Kependudukan dan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 37-52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar