KONSEP
DASAR SEJARAH DAN IMPLEMENTASINYA
A.
Pengantar
Bab
ini membahas tentang konsep dasar
sejarah dan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat. sejarah sebagai
peristiwa adalah sesuatu yang terjadi pada masyarakat manusia di masa lampau.
Kejadian pada masa lampau umat manusia merupakan hal yang sangat penting dalam
merumuskan konsepsi sejarah. Demikian juga kejadian yang tidak memiliki
hubungan dengan kehidupan masyarakat manusia bukanlah suatu peristiwa sejarah.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa –
mahasiswi diharapkan dapat memahami berbagai hal mendasar yang terkait dengan
sejarah, sehingga mereka akan memiliki
sikap yang bijaksana terhadap suatu fenomena. Seseorang tidak akan mengulang
kesalahan yang pernah terjadi pada masa lalu, akan tetapi sebaliknya akan
melakukan tindakan yang baik seperti yang telah dilakukan pada masa lalu.
Secara lebih spesifik setelah selesai perkuliahan diharapkan dapat : 1)
merumuskan pengertian, ruang lingkup dan
kegunaan sejarah, 2) menyebutkan
beberapa konsep dasar sejarah dan 3) mengimplementasikan konsep sejarah dalam
kehidupan bermasyarakat.
B.
Uraian Materi
1.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Kegunaan Sejarah.
Sejarah
merupakan istilah yang berasal dari bahasa Arab, syajaratun yang berarti
pohon. Dalam bahasa asalnya, istilah sejarah diungkapkan dengan tarikh, yang
berarti waktu atau kurun terjadinya peristiwa. Menurut Lingdern, istilah ini
digunakan masyarakat nusantara atas dasar kebiasaan bangsa Arab (Baduy)
menggunakan sejarah sebagai wahana mengukuhkan biografi seseorang atau
rangkaian kekerabatan dalam keluarga yang bercabang cabang seperti pohon.
Dalam
tradisi sebagian masyarakat nusantara, sejarah diistilahkan dengan babad,
tamboo, hikayat dan riwayat. Babad adalah sejenis teks Jawa dan Bali kuno yang
berhubungan dengan peristiwa masa lalu, terutama menyangkut asal-usul. Dalam
bahasa Jawa, babad memiliki arti literal menebang pohon
atau
hutan, yang juga bermakna membuka lahan baru sebagai pusat pemerintahan.
Dalam
bahasa Inggris sejarah diungkapkan dengan history, yang berasal dari
bahasa Yunani istoria, yang berarti ilmu. Dalam perkembangannya, istilah istoria diungkapkan dengan
history (masa lampau), yakni pengetahuan tentang manusia dalam urutan
kronologis. Dengan kata lain, yakni
pemaparan sistematis non-kronologis mengenai gejala alam. Berbagai pengetahuan
mengenai peristiwa masa lalu yang diperoleh berdasarkan babad, hikayat, tambo
dan penuturan lisan perlu diuji berdasarkan metode dan bukti-bukti ilmiah, agar
dapat dibedakan antara sejarah dan bukan sejarah.
Adapun secara terminologi terdapat
pendapat beberapa ahli yang berbeda-beda, namun secara umum pengertian sejarah
yang dikemukakan mencakup beberapa aspek berikut:
- Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu.
- Sejarah merupakan kisah yang diangkat berdasarkan peristiwa masa lalu.
- Sejarah merupakan proses penulisan yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu syarat sebagai ilmu.
Secara
sederhana sejarah dapat didefinisikan sebagai paparan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lalu yang disusun berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan dan
diperoleh melalui proses penelitian serta mengujian ilmiah.
Ruang Lingkup kajian sejarah meliputi dua
aspek, yakni aspek konsep sejarah dan aspek implementasinya dalam menganalisis
persoalan-persoalan kesejarahan (kritik sejarah). Konsep sejarah menyajikan
prinsip-prinsip dasar yang diperlukan sebagai perangkat analisis dalam memahami
persoalan kesejarahan, berupa konsep dasar, unsur-unsur dan metode sejarah.
Kritik sejarah menelaah beberapa langkah-langkah dan hal-hal yang diperlukan
dalam menelaah peristiwa kesejarahan hingga menghasilkan pengetahuan sejarah
atau yang biasa diistilahkan dengan kebenaran sejarah.
Suatu
peristiwa dapat dikategorikan sejarah atau bukan, perlu dianalisis dengan
mencermati unsur-unsur sejarah. Adapun unsur-unsur sejarah yang menjadi
struktur bangunan informasi sejarah terdiri atas manusia, ruang, dan waktu
meliputi:
a. Manusia, manusia
merupakan unsur utama sejarah, karena manusia merupakan actor (pemeran) utama
pentas sejarah. Dinamika apapun yang terjadi di permukaan bumi ini sangat
dipengaruhi oleh manusia dalam memainkan perannya sebagai unsur perubahan.
Dalam konteks pemikiran idealistik, eksistensi sejarah juga sangat ditentukan
oleh kebutuhan manusia untuk mencatat sejarahnya sendiri. Bilamana manusia
tidak merasa perlu mencatat sejarah atau manusia tidak memandang sebuah
peristiwa sebagai peristiwa sejarah, sangat boleh jadi, sejarah tertentu tidak
pernah eksis.
b.
Ruang,
ruang berperan sebagai tempat terjadinya peristiwa. Setiap peristiwa merupakan sebuah episode
sejarah. Setiap episode sejarah pasti menempati lokasi tertentu sebagai pentas
sejarah. Sekalipun hanya sebagai lokasi peristiwa, ruang sangat signifikan perannya
sebagai penentu peristiwa, baik dari segi wujud, bentuk, intensitas maupun
dampak dari suatu peristiwa. Peristiwa pergantian pemimpin di tengah masyarakat
yang telah memiliki kultur demokratis tentu berbeda dari peristiwa yang sama di
tengah masyarakat yang lekat dengan kultur patriarkhis. Peristiwa belajarmengajar
di ruang kelas yang rapi, bersih, asri serta dilengkapi fasilitas yang memadai
tentu berbeda bentuk, intensitas dan hasil pembelajarannya dibanding hal sama
yang dilakukan di lingkungan bising, pegap, berdebu serta dengan peralatan
terbatas.
c.
Waktu, waktu berperan sebagai momentum peristiwa. Bahkan
pada awalnya peristiwa sejarah lebih menekankan waktu, yaitu saat tertentu di
masa lalu ketika suatu peristiwa terjadi. Peristiwa yang sama polanya sangat
mungkin mengambil bentuk, wujud dan intensitas berbeda bilamana berlangsung di
dalam kontinum waktu yang berbeda. Di masa lalu dapat dijumpai sebuah peristiwa
tragis yang bahkan meningkat pada perang besar antara kerajaan kerajaan
Majapahit dan Pajajaran dikarenakan persoalan hadiah dari raja Pajajaran berupa
seorang puteri untuk diperistri raja Majapahit. Hal yang sama tentu tidak akan
terjadi dalam waktu yang berbeda, terutama bila dibandingkan dengan masa
sekarang. Seiring waktu yang terus berjalan, alasan yang dapat menimbulkan
perang antar negara juga mengalami banyak perubahan. Posisi dan perlakuan masyarakat
terhadap kaum wanita juga mengalami perubahan seiring perubahan waktu. Dalam
bidang pendidikan, waktu juga banyak menentukan perubahan pola pembelajaran. Di
masa lalu, ketika struktur budaya patriarkhi masih kuat, pembelajar atau siswa
tidak ubahnya dengan peminta-minta yang sangat tergantung pada kebaikan hati
guru sebagai pemberi. Berbeda halnya ketika waktu sudah tidak memberi ruang
yang sama bagi pola serupa. Hubungan siswa dan guru bukan lagi dalam konteks
pemberi dan penerima, melainkan dalam konteks hubungan pengelana dan penunjuk jalan,
atau bahkan antara costumer dan penjual jasa. Bahkan sangat boleh jadi, pada
suatu waktu kelak anak-cucu kita tidak lagi mengenal sebagian besar kebiasaan yang
selama ini menjadi bagian dari kebiasaan kita dalam belajar. Hal ini
dikarenakan perbedaan waktu telah mengubah selera dan kebutuhan mereka atas
jenis-jenis ilmu pengetahuan tertentu.
Ketiga
unsur di atas, dapat menjadi pisau analisis untuk membedakan suatu peristiwa
bersejarah atau bukan. Jadi suatu peristiwa baru dikatakan bersejarah atau
memiliki nilai sejarah apabila memiliki pelaku yang jelas, tempat kejadiannya
yang jelas dan waktu kejadian yang jelas.
Kegunaan sejarah dapat
dipilah ke dalam tiga kategori, yakni
kegunaan edukatif, kegunaan reflektif dan kegunaan rekreatif. Kegunaan
edukatif, dengan sejarah kita dapat mengetahui masa lalu, memahami masa kini
dan bahkan meramal masa depan. Peristiwa bersejarah pada masa lalu d pat kita
jadikan pelajaran berharga untuk memahami masa kini dan dapat meramal masa
depan.
Sejarah
memiliki posisi strategis dalam ilmu pengetahuan ilmiah, utamanya di bidang
ilmu sosial dan humaniora. Ilmu sejarah berperan mengeliminasi data-data dan
informasi yang potensial mengurangi nilai objektifitas sejarah. Sejarah akan
kehilangan nilai dan makna ilmiahnya bilamana tidak mampu mengeliminasi hal-hal
yang dapat mempengaruhi nilai objektivitasnya. Objektivitas sejarah dapat dibangun
dengan menempatkannya dalam konteks studi kritis, yang memungkinkan data-data
sejarah dikelola sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran informasi dengan
validitas yang mendekati fakta aslinya. Hanya dengan demikian, informasi yang
dihasilkan kritik sejarah mampu menyumbangkan makna dan referensi bagi masa
kini dan akan datang.
Sebagai
informasi, sejarah menurut president American Histiorical association dapat
menjadi hiburan sekaligus ilham. Sejarah diperlukan untuk membangun pemahaman
yang tepat dan porsional tentang berbagai fenomena di masa lalu, sebagai bahan
pemikiran dalam memahami dan mengarifi berbagai persoalan di masa sekarang dan
yang akan datang. Sejarah mampu menciptakan kesadaran sejarah (historical
mindedness) bahwa masa depan adalah bagian dari waktu, dunia kita, di mana
proses sejarah yang sama akan senantiasa terjadi. Bahkan manusia pada dasarnya
tidak dapat memahami masa kini tanpa masa lampau. Dari sejarah manusia dapat
memahami prinsip-prinsip hidup dan kebudayaan yang berubah dan tidak (belum)
berubah. Manusia juga dapat memahami keberhasilan dan kegagalan para pemimpin,
bentuk-bentuk pemerintahan, sistem perekonomian yang pernah ada, dan hal-hal
penting lain dalam kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Mereka dapat belajar
dari hal-hal yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah
peradaban.
2.
Konsep Dasar Sejarah
Secara
konseptual, sejarah pada dasarnya berkenaan dengan tiga aspek konseptual yang
mendasarinya, yaitu konsep tentang perubahan, konsep waktu dan kontinuitas.
a.
Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang abadi dalah
hidup. Konsep perubahan telah melahirkan
masa lalu, masa kini dan masa depan, tampa perubahan tidak akan pernah ada masa
lampau, lebih jauh tidak akan pernah ada sejarah yang mengkaji masa lampau umat
manusia yang benar-benar terjadi. Dengan
kata lain sejarah adalah perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lain. Meski
demikian, hanya perubahan yang benar-benar memiliki makna penting bagi
kehidupan manusia yang dapat diketegorikan sebagai peristiwa perubahan yang
bernilai sejarah. Termasuk
dalam kategori ini di antaranya perubahan rejim kolonial ke nasional, dari
Soekarno ke Orde Baru, atau Orde Baru ke era reformasi.
b.
Konsep Waktu
Peristiwa
sejarah bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, bukan pula terjadi begitu saja
tanpa sebab apapun. Setiap peristiwa yang terjadi di suatu waktu dapat
dipastikan tidak berdiri sendiri saat peristiwa terjadi. Setiap peristiwa yang
terjadi pada waktu tertentu pasti ada kaitannya dengan waktu sebelum dan
sesudahnya. Bila dirunut melalui penelaahan sejarah, sangat mungkin ditemukan
keterkaitan suatu peristiwa dengan situasi atau peristiwa yang terjadi sebelum
dan sesudahnya. Terjadinya suatu peristiwa senantiasa dikarenakan oleh suatu
sebab yang
ada
dalam alur waktu. Konteks hubungan sebab-akibat peristiwa yang menjadi akibat
dengan peristiwa lain yang menjadi sebab ada dalam dimensi waktu. Dalam konteks
tertentu waktu dapat pula menjadi sebab, meski tidak pernah benar-benar menjadi
akibat.
c.
Konsep Kontinuitas
Kehidupan
manusia berada dalam rangkaian perubahan demi perubahan yang berkesinambungan. Perubahan
demi perubahan tersebut tidak akan berhenti pada suatu titik peristiwa. Dalam
konteks kekinian (postmodern) bahkan diyakini bahwa perubahan telah menjadi
sesuatu yang pasti sebagaimana ungkapan ahli masa depan (futurolog), “Saat ini
yang pasti adalah ketidakpastian dan yang tetap adalah perubahan (the
certain now is uncertain and the constant now is changing)”.
Sebagian
perubahan yang terjadi tentunya ada yang bermakna sangat dalam bagi manusia,
tetapi sebagian lagi sangat boleh jadi tidak demikian. Kebermaknaan tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor, seperti tingkat kedekatan, hubungan,
kepentingan atau dampak suatu perubahan terhadap manusia tertentu.
Perubahan-perubahan tertentu yang menjadi momentum sejarah tertentu bahkan
sangat mungkin mengubah kehidupan banyak orang.
d.
Komplik.
Keberadaan manusia yang unik, sangat
beragam, penuh dengan keberbedaan dan secara kodrati tidak hanya terlahir
dengan membawa atau memiliki potensi positif , tetapi juga negatif tentu sangat
rawan dengan kondisi keberbedaan. Dalam kehidupan sosial masyarakat
perbedaan-perbedaan pada setiap individu sering kali menimbulkan komplik. Bila
mencermati pada beberapa peristiwa bersejarah, seringkali tema komplik menjadi
suguhan materi sejarah seperti, peperangan, penjajahan, dan sebagainya, bahkan
perdamaianpun ada karena ada komplik yang mendahuluinya. Hal ini
mengindikasikan bahwa komplik dalam masyarakat sulit untuk dihilangkan, hanya
dapat dicarikan solusinya. Komplik terjadi karena perbedaan pandangan,
perbedaan kepentingan, perbedaan ideologi atau keyakinan dan sebagainya. Namun
yang perlu dicatat tidak ada komplik yang tidak dapat diselesaikan atau yang
tidak memiliki solusi.
A.
Latihan
Kerjakan secara individu
untuk tugas berikut ini:
- Identifikasilah komplik yang ada di lingkungan sekitar saudara
- Pilihlah satu buah komplik yang paling urgen atau menarik untuk diselesaikan!
- Analisislah dampaknya, penyebabnya dan carilah solusinya!
B.
Rangkuman.
Sejarah
yang berasal dari istilah ”syajaratun” dalam bahasa Arab dan ”history”
dalam bahasa Inggris menggambarkan tentang masa lalu. Sedangkan secara keilmuan
sejarah dapat didefinisikan sebagai
paparan peristiwa masa lampau umat manusia yang benar-benar terjadi, yang
disusun berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan dan diperoleh melalui proses
penelitian serta mengujian ilmiah. Sejarah memiliki ruang lingkup kajian yakni
meliputi dua aspek; aspek konsep sejarah dan aspek implementasinya dalam
menganalisis persoalan-persoalan kesejarahan (kritik sejarah). Adapun kegunaan
sejarah dapat dipilah ke dalam tiga
kategori, yakni kegunaan edukatif, kegunaan reflektif dan kegunaan .
Sebagai sebuah disiplin keilmuan sejarah juga terbangun dengan beberapa konsep
dasar, di antaranya perubahan, waktu, kontinuitas dan komplik. Kesemua konsep
dasar tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
C.
Penilaian
1.
Rumuskan
pengertian, ruang lingkup dan kegunaan
sejarah! (bobot: 30)
2.
Sebutkan
3 konsep dasar sejarah! (bobot: 25)
3.
Pilihlah
satu buah konsep dasar pada sejarah, kemudian amati implementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat. (bobot: 45)
Daftar
Pustaka
Abdullah,
Taufik. dkk. 1975. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia.
Ahmadi,
Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Ankersmit,
F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern Tentang
Filsafat Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Andersen,
R. dan Cusher, K. 1994. “Multicultural and
Intercultural Studies” dalam Teaching Studies of Society and Environment .
(ed.Marsh,C.). Sydney: Prentice-Hall
Barr, R. Barth dan J.L.
Shermis S.S, 1978. The Nature of The Social Studies. California : ETC
Publications.
Cholisin
dan Jihad Hisyam. 2006. Reorientasi dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial
di Era Baru. Yogyakarta: Efisiensi Press
Daldjoeni.
N. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.
Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998. Konsep Dasar IPS.
Jakarta: Direktorat jenderal Pembinaan KelembagaanAgama Islam.
Gottschalk,
Louis. 1978. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Kasdi, Aminuddin. 2001. Memahami Sejarah.
Surabaya: Unesa University.
Jarolimek, John., 1997. Social
Studies in Elementery Education. NewYork: Macmilan Publishing Cp., Inc.
Lie, Anita. 2002. Cooperative
Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Lili
M. Sadeli dkk. 1986. Konsep
Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta:
Karunika Jakarta Universitas Terbuka
Lubna
dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Surabaya: LAPIS-PGMI (Learning
Assistance Program for Islamic Schools- Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) .
Mukmina,dkk.
2002. Diktat Dasar-dasar IPS. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Mukmina.
2008. IPS Terpadu. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Rusdi,
Muhammad. Dkk. 1983. Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial .Surabaya: Tim
IPS FPIS IKIP Surabaya.
Saidiharjo.
2007. Pengembangan Materi IPS Terpadu. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Santoso.
dan Santoso, L. 2003. Filsafat Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gama Media.
Sarwono,
W, S. 2005. Psikologi dalam Praktek. Jakarta: Restu Agung.
----------------- 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta:
Rajawali Pers.
Samlawi,
Fakih dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Primarychool Teacher Development Project)
Rusdi,
Muhammad dkk. 1983. Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial.Surabaya: Tim IPS
FPIS IKIP Surabaya.
Sumaatmadja,
Nursid. 1980. Metodologi Pembelajaran IPS. Bandung: PT.Alumni
Winataputra,
Udin S. 2005. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:Universitas
Terbuka.
Yatim,
Badri. 1987. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
gk bisa di baca
BalasHapus